Jakarta –
Kalangan muda Tanah Air sedang ramai-ramainya membahas investasi, terutama investasi di pasar modal. Salah satu instrumen yang paling marak dibicarakan adalah saham. Instrumen tersebut sedang diminati karena banyaknya ajakan di media sosial kepada anak mudah untuk berinvestasi di saham.
Tak hanya saham, instrumen reksa dana sebenarnya juga sangat cocok untuk anak muda, apalagi pemula. Nah, sebenarnya, instrumen mana yang cocok bagi kalangan muda alias milenial yang baru mau memulai investasi?
Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad, pemilihan instrumen investasi disesuaikan dengan profil risiko masing-masing orang. Khususnya untuk saham memang bisa jadi pilihan bagi orang yang menginginkan return atau keuntungan yang lebih besar.
“Setiap orang kan beda-beda, ada yang mau ditabung saja, ada yang maunya di reksadana, ada yang maunya di saham seperti menabung saham,” kata Tejasari kepada detikcom, Sabtu (23/1/2021).
Namun, pemula yang ingin berinvestasi di saham harus memahami risiko yang cukup besar dari instrumen tersebut. “Investasi di saham ada risikonya yaitu return-nya bisa turun. Uangnya atau harga sahamnya bisa turun, nggak selalu untung,” terang Tejasari.
Sementara itu, reksa dana memiliki risiko yang lebih kecil ketimbang saham. Akan tetapi, keuntungan yang diperoleh memang lebih kecil.
“Investasi kan berisiko dan cukup tinggi risikonya, apalagi saham. Kecuali kalau reksadana pasar uang kan risikonya kecil, tapi memang target return-nya kecil per tahun,” ujar dia.
Dihubungi secara terpisah, perencana keuangan senior Aidil Akbar Madjid menyarankan, bagi pemula terutama anak muda agar memilih reksa dana untuk berinvestasi. Berbeda dengan saham, reksa dana punya diversifikasi investasi atau penyebaran investasi yang berwujud portofolio. Berbeda dengan saham yang lebih fokus pada 1-2 perusahaan, terutama bagi investor pemula yang modalnya tak begitu banyak.
“Kelemahan dari investasi di saham, itu adalah investor cuma fokus ke 1-2 perusahaan. Berarti ada risiko. Itulah kenapa perencana keuangan, untuk investor pemula lebih suka menyarankan mereka untuk investasi di reksa dana. Karena reksa dana itu kalau kita masuk misalnya Rp 1 juta, itu dibagi 10 perusahaan. Karena salah satu keunggulan atau investasi di reksa dana itu diversifikasi. Memecah investasi kita ke dalam 10 kantong atau perusahaan,” ujarnya.
Di sisi lain, reksa dana juga punya manajer investasi (MI) yang akan mengelola dana investor. Misalnya di reksa dana saham, MI yang akan mengatur kapan menjual saham yang dimiliki investor, atau sebaliknya.
“Ada yang mengelolanya, dia tahu kapan menjualnya. Jadi kalau reksa dana saham, nanti sahamnya dia pun diperdagangkan lagi kan. Itupun tergantung MI-nya. Karena tidak semua MI punya strategi trading, ada juga MI yang konservatif, by hold, dibeli untuk jangka panjang,” ujarnya.
Nah, apabila investor pemula mau memilih reksa dana, di dalamnya itu sendiri ada 5 jenis produk, seperti yang sudah disebutkan di atas yakni reksa dana saham. Lalu, ada juga reksa dana pendapatan tetap, campuran, pasar uang, dan juga reksa dana index. Aidil mengatakan, nantinya investor bisa memilih salah satu dengan menyesuaikan profil risikonya lagi. “Jadi dipilih lagi mana yang sesuai,” tutup Aidil.
(vdl/eds)