Asuransiaman.com – Harga saham Grab Holdings Ltd. melonjak hingga 15% pada perdagangan akhir di Amerika Serikat (AS) setelah perusahaan transportasi online dan pengiriman barang asal Asia Tenggara ini menaikkan proyeksi laba tahunannya. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura ini memperkirakan laba tahun penuh yang disesuaikan sebesar US$308 juta hingga US$313 juta, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar US$270 juta. Kenaikan ini didorong oleh langkah pemangkasan biaya yang efektif dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar.
Pada kuartal ketiga, Grab melaporkan laba sebesar US$90 juta, melebihi prediksi analis yang mengharapkan laba hanya US$66,2 juta. Ini juga menjadi laba bersih kedua yang berhasil dibukukan Grab dalam periode yang sama. Upaya efisiensi biaya yang dilakukan oleh perusahaan ini menunjukkan hasil yang positif, meskipun pasar tetap penuh tantangan, terutama dengan persaingan ketat dari pesaing besar seperti GoTo Group di Indonesia.
Perusahaan ini, yang telah berfokus pada profitabilitas setelah bertahun-tahun mengalokasikan dana untuk memperluas pangsa pasar dan mengatasi persaingan, kini berupaya mempertahankan keseimbangan antara laba dan pertumbuhan. Grab juga harus terus menunjukkan kemampuan untuk mengelola margin keuntungan di tengah ketatnya kompetisi di sektor transportasi dan pengiriman makanan.
Dalam perdagangan yang diperpanjang, saham Grab naik menjadi US$5,04, setelah sebelumnya ditutup pada US$4,38. Meskipun saham Grab telah turun sekitar 60% sejak IPO pada akhir 2021, kinerja saham tahun ini menunjukkan pemulihan. Kerugian perusahaan menyempit, yang turut menguntungkan harga saham yang kini mengungguli GoTo, pesaing utama Grab di kawasan Asia Tenggara.
Baca juga: Apple Siap Tambah Investasi di Indonesia untuk Penuhi Syarat TKDN iPhone 16
Grab juga merevisi pendapatan tahunannya menjadi US$2,78 miliar, lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar US$2,75 miliar. Pendapatan kuartal ketiga tercatat naik 17% menjadi US$716 juta, melebihi ekspektasi analis yang memprediksi US$697 juta. Namun, perusahaan juga mencatatkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, yang disebabkan oleh pengurangan pengeluaran konsumen akibat inflasi dan suku bunga yang tinggi.
Meskipun demikian, analis Bloomberg Intelligence, Nathan Naidu, menyatakan bahwa pendapatan Grab mungkin mengalami sedikit pelambatan pada kuartal ketiga, namun berpotensi meningkat pada kuartal keempat, terutama dengan meningkatnya permintaan dari wisatawan Tiongkok yang berkunjung ke Asia Tenggara pada liburan Golden Week. Selain itu, prediksi Sensor Tower juga menunjukkan bahwa jumlah pengguna Grab yang bertransaksi dapat melonjak lebih dari 10% pada kuartal ketiga.
Grab tetap optimis mengenai prospek pertumbuhannya di masa depan. Perusahaan kini memiliki 42 juta pengguna bulanan, dengan potensi besar untuk berkembang di kawasan Asia Tenggara yang memiliki sekitar 650 juta orang. Peter Oey, Kepala Keuangan Grab, mengungkapkan keyakinannya akan prospek perusahaan, “Kami terus optimis saat memasuki beberapa bulan terakhir tahun ini. Kami melihat konversi yang baik, dari Ebitda hingga arus kas bebas, yang merupakan metrik penting lainnya yang kami lihat.”
Dengan langkah strategis dan fokus pada efisiensi biaya, Grab berharap dapat mempertahankan momentum positif ini dan terus mengembangkan pangsa pasar di Asia Tenggara yang semakin berkembang.