Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Direktur PT AJB Bumiputera 1912 mengungkapkan, metode pengukuran kesehatan keuangan menjadi salah satu penyebab carut marut perusahaan asuransi tersebut. Bahkan, kesalahan metode ini yang membuat Bumiputera sakit selama 25 tahun.
Mantan Direktur SDM dan Umum Bumiputera periode 2016-2018 Ana Mustamin menyebut, tingkat kesehatan keuangan Bumiputera selama ini diukur Risk Based Capital (RBC). Padahal, ia memiliki dokumen yang mencatat laporan keuangan awal Bumiputera didirikan. “Dan saya jamin 100% perusahaan ini tidak layak beroperasi jika menggunakan ukuran RBC” kata Ana dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bahkan, bukan 25 tahun. Jika menggunakan metode RBC, Bumiputera sudah sakit selama 110 tahun. “Bayangkan, perusahaan dengan modal NOL RUPIAH diukur kesehatannya dengan mengaitkannya dengan modal!” tandas Ana.
Asal tahu saja, RBC adalah rasio modal perusahaan asuransi yang dibandingkan dengan nilai risiko yang dihadapi. Jika dikonversi menggunakan angka, rasio minimal RBC versi OJK minimal 120%. Sedang RBC Bumiputera minus 1.164,77% per Desember 2021.
pertanyaannya, mengapa Bumiputera bisa bertahan hingga satu abad lebih? Mungkinkah perusahaan ini bisa bertahan jika dikelola orang-orang brengsek? Padahal, perusahaan ini nyaris tidak diawasi oleh ‘pemegang saham.
Sekadar diketahui, setiap kali Indonesia mengalami krisis, maka Bumiputera juga akan mengalami krisis. Krisis 1932 (resesi dunia), 1945 (kantor Bumiputera bahkan ikut dibom sekutu), tahun 1965 (peristiwa sanering), tahun 1997-1999 (krisis moneter), tahun 2018 (krisis ekonomi), selalu membuat keuangan Bumiputera berdarah-darah. Apakah perusahaan asuransi Indonesia yang lain tidak berdarah-darah?
“Mungkin iya. Tapi, mereka memiliki pemegang saham yang siap menyuntikkan dana ketika RBC-nya mengalami negatif. Tidak demikian dengan Bumiputera, pak. Perusahaan Mutual tidak mengenal mekanisme penambahan modal. Mau nambah modal dari mana? Wong ini milik masyarakat pemegang polis,” terang Ana.
“Lalu bagaimana manajemen pendahulu kami melakukan perbaikan? Mereka melakukan ‘selfhealing’. Mereka memperbaiki kondisi perusahaan secara gradual, sesuai kondisi keuangan berjalan dan upaya-upaya kreatif manajemen, sembari tetap memperhatikan kewajiban kepada pemegang polis. Pembayaran klaim selalu mereka nomorsatukan, yang lain bisa disolusi kemudian. Ini yang menjadi rahasia mengapa Bumiputera bisa menjadi pemimpin pasar di industri asuransi selama berpuluh tahun” sambungnya.
(dhf/dhf)