Jakarta –
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara menanggapi adanya fenomena investor yang beli saham menggunakan uang panas, seperti utang pinjol hingga gadai surat berharga. BEI mengimbau agar investor selalu berhati-hati dalam berinvestasi.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengingatkan setiap investasi mengandung risiko termasuk saham. Oleh karena itu investor harus berhati-hati sebelum mengambil keputusan.
“Kami melihat hal ini sebagai fenomena yang tidak baik dan kami selalu mengingatkan kepada masyarakat, para investor, bahwa berinvestasi saham, selain berpotensi memberikan keuntungan yang baik, juga mengandung risiko kerugian,” ucapnya kepada media, Selasa (19/1/2021).
Oleh karena itu, lanjut Hasan, BEI mengingatkan agar tidak menggunakan dana yang bersumber dari pinjaman atau utang. Dia juga mengimbau agar tidak menggunakan dana yang diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari, atau dana untuk kebutuhan darurat dan kebutuhan jangka pendek lainnya.
“Jadi hendaknya para investor jangan terlalu percaya diri dan berorientasi pada mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya dalam jangka pendek, secara instan,” ucapnya.
Hasan juga meminta investor untuk tidak melihat saham sebagai produk investasi yang menguntungkan semata, tapi juga hendaknya menghitung dan mengelola risiko dalam berinvestasi. Sementara jika menggunakan sumber dana dari utang akan semakin meningkatkan risiko investasi.
“Karena adanya keterbatasan waktu yang relatif pendek untuk segera mengembalikan dana pinjamannya dengan tingkat bunga tertentu. Hal ini tentunya juga akan semakin membatasi pilihan dan strategi investasinya dan juga dapat mempengaruhi aspek psikologis para investor,” tutupnya.
Sekadar informasi, di medsos ramai postingan sebuah foto yang berisi penggalan beberapa tangkapan layar pesan singkat yang berisi investor mengeluh beli saham pakai uang panas.
Dalam postingan itu ada yang ngeluh beli saham dengan meminjam hingga 10 aplikasi pinjol hingga Rp 170 juta untuk membeli 500 lot saham ANTM. Ada juga yang membeli saham KAEF dengan menggunakan uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK. Ada juga yang beli saham dengan menggadaikan tanah dan BPKB mobil.
(das/eds)